Kepemimpinan (M.Hendriansyah, 14112632, 2KA18)
Kepemimpinan
1.
Arti penting kepemimpinan
Dunia
modern saat ini penuh dengan tantangan yang sangat berat. Untuk menangani
masalah / tantangan global, bahkan juga tantangan bangsa (nasional) dibutuhkan
kepemimpinan yang kuat dari seorang pemimpin. Kepemimpinan bukanlah persoalan
bawaan genetis. Seorang menjadi pemimpin karena suatu proses belajar. Pemimpin
tidak "dilahirkan", melainkan "diciptakan atau dibentuk".
Suatu
survey di luar negeri mengambil konklusi bahwa hanya 5 % orang yang “berpikir”
sungguh-sungguh, 10 % orang merasa dirinya “berpikir” dan 85 % adalah
orang-orang yang sama sekali tidak mau memikirkan hal-hal lain selain dirinya
sendiri. Karena seorang pemimpin dituntut untuk berpikir, maka dapat dikatakan
bahwa hanya 5 % yang menjadi pemimpin, 10 % ikut menimbang-nimbang / ragu-ragu
dan 85 % ikut kemana sajadibawa oleh yang 5 %. Jika kita mau tidak dibawa pada
tempat yang salah, mari belajar dan bergabung dengan yang 5 %. be a leader !
Kecenderungan
global di era ini adalah masyarakat kompetitif. Kata salah seorang futurolog
“Think globally, act locally” atau berpikir global bertindak lokal. Kompetisi
pasti akan kita hadapi dalam konteks lokal. Ingat sumber daya semakin terbatas
! Untuk dapat berkompetisi kita butuh keterampilan (skill) diantaranya
kepemimpinan dan manajemen.
Jika
anda adalah pemuda atau m ahasiswa, maka kepemimpinan itu perlu mengingat
mahasiswa sering dianggap serba tahu oleh masyarakat awam karena mereka
menganggap mahasiswa itu penuh dengan wawasan. Sering juga mahasiswa atau
sarjana menjadi harapan dalam komunitasnya untuk menjadi pemimpin. Bagaimana kalau
mahasiswa itu tidak dibekali kemampuan kepemimpinan ?
Dalam
praksis dunia kerja, jika anda ingin dipromosikan pasti saudara dituntut
kemampuan Kepemimpinan. Jika tidak maka yang akan terjadi adalah saudara cukup
menjadi kurir atau bisa saja dipromosikan kemudian dilengserkan atau
didegradasi atau diturunkan !!!
2.
Tipologi kepemimpinan
Gaya
kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan
tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam
memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk
tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat
yang disampaikan oleh Davis dan Newstrom (1995). Keduanya menyatakan bahwa pola
tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau dipacu
oleh bawahan tersebut dikenal sebagai gaya kepemimpinan.
Gaya
kepemimpinan dari seorang pemimpin, pada dasarnya dapat diterangkan melalui
tiga aliran teori berikut ini
1.
Teori Genetis (Keturunan)
Inti
dari teori menyatakan bahwa “Leader are born and nor made” (pemimpin itu
dilahirkan bakat bukannya dibuat). Para penganut aliran teori ini
mengetengahkan pendapatnya bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena
ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan. Dalam keadaan yang bagaimanapun
seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi pemimpin, sesekali
kelak ia akan timbul sebagai pemimpin. Berbicara mengenai takdir, secara
filosofis pandangan ini tergolong pada pandangan fasilitas atau determinitis.
2.
Teori Sosial
Jika
teori pertama di atas adalah teori yang ekstrim pada satu sisi, maka teori
inipun merupakan ekstrim pada sisi lainnya. Inti aliran teori sosial ini ialah
bahwa “Leader are made and not born” (pemimpin itu dibuat atau dididik bukannya
kodrati). Jadi teori ini merupakan kebalikan inti teori genetika. Para penganut
teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa
menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.
3.
Teori Ekologis.
Kedua
teori yang ekstrim di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran, maka sebagai
reaksi terhadap kedua teori tersebut timbullah aliran teori ketiga. Teori yang
disebut teori ekologis ini pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan
berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat
kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang
teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori
ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat
dikatakan merupakan teori yang paling mendekati kebenaran. Namun demikian,
penelitian yang jauh lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat mengatakan
secara pasti apa saja faktor yang menyebabkan timbulnya sosok pemimpin yang
baik.
Selain
pendapat-pendapat yang menyatakan tentang timbulnya gaya kepemimpinan tersebut,
Hersey dan Blanchard (1992) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan pada dasarnya
merupakan perwujudan dari tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan,
serta situasi di mana proses kepemimpinan tersebut diwujudkan. Bertolak dari
pemikiran tersebut, Hersey dan Blanchard (1992) mengajukan proposisi bahwa gaya
kepemimpinan (k) merupakan suatu fungsi dari pimpinan (p), bawahan (b) dan
situasi tertentu (s), yang dapat dinotasikan sebagai : k = f (p, b, s).
Menurut
Hersey dan Blanchard, pimpinan (p) adalah seseorang yang dapat mempengaruhi
orang lain atau kelompok untuk melakukan unjuk kerja maksimum yang telah
ditetapkan sesuai dengan tujuan organisasi. Organisasi akan berjalan dengan
baik jika pimpinan mempunyai kecakapan dalam bidangnya, dan setiap pimpinan
mempunyai keterampilan yang berbeda, seperti keterampilan teknis, manusiawi dan
konseptual. Sedangkan bawahan adalah seorang atau sekelompok orang yang
merupakan anggota dari suatu perkumpulan atau pengikut yang setiap saat siap
melaksanakan perintah atau tugas yang telah disepakati bersama guna mencapai tujuan.
Dalam suatu organisasi, bawahan mempunyai peranan yang sangat strategis, karena
sukses tidaknya seseorang pimpinan bergantung kepada para pengikutnya ini. Oleh
sebab itu, seorang pemimpinan dituntut untuk memilih bawahan dengan secermat
mungkin.
Adapun
situasi (s) menurut Hersey dan Blanchard adalah suatu keadaan yang kondusif, di
mana seorang pimpinan berusaha pada saat-saat tertentu mempengaruhi perilaku
orang lain agar dapat mengikuti kehendaknya dalam rangka mencapai tujuan
bersama. Dalam satu situasi misalnya, tindakan pimpinan pada beberapa tahun
yang lalu tentunya tidak sama dengan yang dilakukan pada saat sekarang, karena
memang situasinya telah berlainan. Dengan demikian, ketiga unsur yang
mempengaruhi gaya kepemimpinan tersebut, yaitu pimpinan, bawahan dan situasi
merupakan unsur yang saling terkait satu dengan lainnya, dan akan menentukan
tingkat keberhasilan kepemimpinan.
Tipologi
Kepemimpinan
Dalam
praktiknya, dari ketiga gaya kepemimpinan tersebut berkembang beberapa tipe
kepemimpinan; di antaranya adalah sebagian berikut (Siagian,1997).
1.
Tipe Otokratis.
Seorang
pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai
berikut: Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi, Mengidentikkan tujuan
pribadi dengan tujuan organisasi, Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata,
Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat, Terlalu tergantung kepada
kekuasaan formalnya, Dalam tindakan pengge-rakkannya sering mempergunakan
pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.
2.
Tipe Militeristis
Perlu
diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin tipe
militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang
pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki
sifat-sifat berikut : Dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih
sering dipergunakan, Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat
dan jabatannya, Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan, Menuntut disiplin
yang tinggi dan kaku dari bawahan, Sukar menerima kritikan dari bawahannya,
Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
3.
Tipe Paternalistis.
Seorang
pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang yang
memiliki ciri sebagai berikut : menganggap bawahannya sebagai manusia yang
tidak dewasa, bersikap terlalu melindungi (overly protective), jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan, jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif, jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan
fantasinya, dan sering bersikap maha tahu.
4.
Tipe Karismatik.
Hingga
sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seseorang
pemimpin memiliki karisma. Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang demikian
mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai
pengikut yang jumlahnya sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula
tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu. Karena
kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang
karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi
dengan kekuatan gaib (supra natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil
tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk karisma. Gandhi bukanlah
seorang yang kaya, Iskandar Zulkarnain bukanlah seorang yang fisik sehat, John F
Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiliki karisma meskipun umurnya masih
muda pada waktu terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Mengenai profil,
Gandhi tidak dapat digolongkan sebagai orang yang ‘ganteng”.
5.
Tipe Demokratis.
Pengetahuan
tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah
yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena tipe
kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut : dalam proses
penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu
adalah makhluk yang termulia di dunia, selalu berusaha mensinkronisasikan
kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari
pada bawahannya, senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya,
selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai
tujuan, ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk
berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat
kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain,
selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya, dan
berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
Secara
implisit tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe demokratis bukanlah hal
yang mudah. Namun, karena pemimpin yang demikian adalah yang paling ideal,
alangkah baiknya jika semua pemimpin berusaha menjadi seorang pemimpin yang
demokratis.
3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan
Kepemimpinan
merupakan suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok
orang untuk mencapai suatu tujuan bersama. Kepemimpinan merupakan suatu proses
dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang untuk mencapai
suatu tujuan bersama. Ada beberapa pengertian kepemimpinan, antara lain:
1.
Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung
melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu
(Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24).
2.
Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957, 7).
3.
Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang
diatur untuk mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling, 1984, 46).
4.
Kepemimpinan adalah kemampuan seni atau tehnik untuk membuat sebuah kelompok
atau orang mengikuti dan menaati segala keinginannya.
5.
Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti kepemimpinan)
pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai
tujuan (Jacobs & Jacques, 1990, 281). Banyak definisi kepemimpinan yang
menggambarkan asumsi bahwa kepemimpinan dihubungkan dengan proses mempengaruhi
orang baik individu maupun masyarakat. Dalam kasus ini, dengan sengaja
mempengaruhi dari orang ke orang lain dalam susunan aktivitasnya dan hubungan
dalam kelompok atau organisasi. John C. Maxwell mengatakan bahwa inti
kepemimpinan adalah mempengaruhi atau mendapatkan pengikut. • K • 1.5
faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan Davis menyimpulkan ada empat
faktor yang mempengaruhi kepemimpinan dalam organisasi, yaitu : • Kecerdasan :
seorang pemimpin harus mempunyai kecerdasan yang melebihi para anggotanya •
Kematangan dan keluasan sosial(Social manutary and breadth) : seorang pemimpin
biasanya memiliki emosi yang stabil, matang, memiliki aktivitas dan pandangan
yang ckup matang • Motivasi dalam dan dorongan prestasi(Inner motivation and
achievement drives) : dalam diri seorang pemimpin harus mempunyai motivasi dan
dorongan untuk mencapai suatu tujuan • Hubungan manusiawi : pemimpin harus bisa
mengenali dan menghargai para anggotanya Menurut Greece, di dalam suatu
organisasi, hubungan antara bawahan dengan pimpinan bersifat saling
mempengaruhi. 1.6 Gaya kepemimpinan Gaya kepemimpinan ada dua gaya kepemimpinan
berdasarkan studi-studi klasik yang membahas tentang kepemimpinan, yaitu :
Berorientasi kepada atasan : karakteristik dari gaya kepemimpinan ini adalah :
• Menggunakan teori X dari McGregor, yaitu melihat manusia dari sedi negatif •
Autokrat, yaitu hanya mementingkan pelaksanaan atau penyelesaian tugas saja •
Tertutup • Lebih banyak memerintah • Menentukan apa yang harus dikerjakan serta
cara mengerjakan tugas-tugas • Lebih mementingkan aspek produksi Berorientasi
kepada bawahan : karakteristik mdari gaya kepemimpinan ini adalah : •
Menggunakan teori Y dari McGregor, yaitu memandang manusia dari segi positif •
Demokratis • Terbuka • Suportif atau partisipatif, berkemauan menunjang
bersedia menerima partisipasi dari bawahan • Akrab dengan bawahan, mempercayai
bawahan, serta menghargai bawahan • Lebih mementingkan aspek manusia Salah satu
pendekatan yang cukup populer dalam membuat identifikasi mengenai gaya-gaya
kepemimpinan adalah konsep “managerial-gird” yang disampaikan oleh Blake dan
Mouton.
4.
Implikasi manajerial kepemimpinan dalam organisasi
Manajemen
adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber-sumber secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Manajemen merupakan alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Manajemen yang
baik akan memudahakan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.
Unsur-unsur manajemen terdiri dari: man, money, method, machines, materials dan
market. Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber
daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Fungsi-fungsi manajemen yaitu Planning, Organizing, Actuating dan
Controlling. Pengertian fungsi-fungsi yang dilaksanakan dalam proses manajemen
sebagai berikut:
Perencanaan
(Planning)
Perencanaan
adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa yang harus
dilakukan, kapan, bagaimana dan oleh siapa. Perencanaan adalah proses dasar
dimana manajemen memutuskan tujuan dan cara mencapainya. Perencanaan dalam
organisasi adalah esensial, dalam kenyataannya perencanaan memegang peranan
lebih dibanding fungsi-fungsi manajemen lainnya. Fungsi-fungsi
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan sebenarnya hanya melaksanakan
keputusan-keputusan perencanaan. Perencanaan yang baik dapat dicapai dengan
mempertimbangkan kondisi di waktu yang akan datang dalam perencanaan dan
kegiatan yang diputuskan akan dilaksanakan, serta periode sekarang pada saat
rencana dibuat.
DAFTAR
PUSAKA :
Komentar
Posting Komentar